Isbul Ayah Jessica Iskandar


Merdeka.com - Hujan rintik sedang menghiasi langit Bandung petang itu. Sebuah ruangan tidak begitu besar di lingkungan Masjid Madinah Jalan Depok Raya, Antapani, Bandung terdapat sosok pria berjubah putih. Ya, dia adalah Iskandarsyah Berian, biasa dipanggil Kang Is. 
Tapi tidak sedikit orang mengenalnya sebagai Isbul atau Iskandar Bule. Maklum saja dia disebut Bule, lantaran pria kelahiran 52 tahun silam tersebut memang lahir di B'Ograd sebuah Kota di Yugoslavia sana.







Dengan hangat Kang Is menyambut merdeka.com. Ia ingin berbagi kisah tentang sisi kelam yang pernah dilalui. Suguhan kopi hangat ia tawarkan. Tapi waktu menunjukkan pukul 19.22 WIB. Adzan Isya berkumandang. Pria berjanggut lebat itu meminta izin untuk menunaikan ibadah shalat dulu sebelum memulai wawancara.

"Kita jeda dulu enggak apa-apa? Biar tenang kalau sudah shalat," ajak Kang Is sambil bergegas ke masjid yang jaraknya berdekatan. 
Ketika jubah putih yang membalut tangannya disinggahkan. Tato ternyata masih mewarnai tangannya yang masih terlihat kokoh.
Itu lah awal perkenalan merdeka.com dengan sosok Kang Is si preman pensiun. Saban harinya Kang Is menghabiskan waktu di Masjid Madinah untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Selepas menunaikan kewajiban sebagai umat muslim, Kang Is barulah mau bercerita panjang lebar. Gayanya yang cuek dan supel, dia membeberkan kisah hitamnya sebagai preman.
"Siapa sih polisi yang enggak kenal saya dulu," begitu perbincangan kami dibuka bapak sembilan anak tersebut.

Nama bekennya dulu itu yakni Isbul. Di era 1980-an jika mendengar nama itu membuat bulu kuduk berdiri. Menurut cerita, Isbul memang dikenal orang dengan ulahnya yang sangat bengal. Mulai dari bacok orang, narkoba, memalak bahkan sampai menjurus kriminal dengan merampok.

"Itu'lah saya dulu. Polisi siapa yang enggak kenal saya. Orang saya tukang masuk keluar penjara. Tahun 79 saya masuk penjara gara-gara curi mobil, tahun 1980 saya pakai narkoba, saya dipenjara 5 bulan," kisahnya seraya menyebut saat itu dirinya baru keluar SMP.

Saking liarnya Isbul kala itu yang duduk di bangku SMP, pernah mengambil pistol milik ayahnya di lemari. Maklum saja ayahnya Berian Rosier mantan personel militer Indonesia yang ditempatkan di Yugoslavia. Benda berbahaya itu dengan entengnya dibawa ke sekolah. Gayanya petantang petenteng semakin membuat musuhnya ciut.

Sontak saja aksi nekatnya itu berujung vonis Drop Out (DO) dari pihak sekolah. Isbul pun harus mencari sekolah lain. 
Remaja nakal seperti Isbul ini memang enggak ketulungan. SMA lantas membuat ia tambah liar. Kenakalannya semakin tidak terkendali. Ia pun dikirim masuk Sekolah Menengah Umum (SMU) Daya Siswa. Sekolah yang ada di Jalan Naripan itu memang terkenal bebas.

Tiba di sekolah dengan membawa botol miras dinilai wajar. Peredaran narkoba di sana sudah sangat tak terkendali. "Saya kan dulu nongkrongnya di emperan Cikapundung. Di situ jual narkoba," ujarnya.

Ketika di bangku SMU bahkan Isbul nyaris meregang nyawa. Ia yang sudah dicap preman jempolan diajak untuk bergabung ke dalam suatu kelompok. Lantaran menolak ia dikeroyok 32 orang di kawasan Cipaganti. "Punggung saya ditusuk. Saya di situ sudah hampir mati, tapi beruntung saya masih bisa selamat," terangnya seraya tertawa.

Dikeroyok lantas tak membuat nyali Isbul ciut. Dia mencari semua orang yang mengeroyoknya untuk diajak duel satu lawan satu. "Tapi enggak berani ternyata," ungkapnya.

Sepak terjang Isbul semakin tak terbantahkan sebagai preman di Bandung ini. Dia mengaku hampir 70 persen tempat hiburan di Bandung setor duit. Ia mengibarkan bendera BOSS sebagai Organisasi Massa (Ormas) di bidang jasa pengamanan.

"Kalau untuk judi hampir semua setor ke saya. Saya tidak pernah kekurangan uang saat itu. Tapi ya itu, duit setan abisnya untuk setan lagi," imbuhnya dengan nada serius.

Selain ormas, BOSS juga melebarkan sayap dengan bentukan kick boxing dan olah raga muangthai. Barulah 2006, BOSS mulai menciptakan orang hebat. Beberapa catatan kejuaraan tingkat nasional dan dunia pernah ditorehkan salah satu anggotanya. Misalnya kejuaraan internasional Boxing. Indonesia pernah menjadi juara di Thailand.

"Ada nama-nama lainnya yang menorehkan prestasi juga," jelasnya.
Hidayah itu tiba. 2007 ia mengaku sering bermunajab kepada Yang Maha Kuasa. Isbul lelah dengan kerasnya kehidupan. Rasa gelisah menaungi Isbul si preman tersebut. Benar, saja Tuhan membukakan jalan pertobatan Isbul yang tubuhnya dipenuhi tato. 

Suatu hati datang orang berjubah putih dan mengajaknya untuk bertaubat dan kembali ke jalan Allah. Sosok bringas dan tukang bacok orang benar-benar pudar. Isbul pun mencoba datang ke sebuah Masjid Madinah tersebut. Di situ ia mulai belajar caranya shalat, mengaji, dan mempelajari agama.

"Saya sadar. yang kekal itu adanya di akhirat. Dunia hanyalah sementara. Saya sangat beruntung ketika nyawa saya masih ada saya masih diberi kesempatan untuk bertaubat," terangnya.

"Manusia itu kebanyakan hanya ingin membangun istana di sebanyak-banyaknya di dunia. Sedangkan mereka lupa membangun material di akhirat. Kehidupan kekal itu akhirat. Kebahagiaan sesungguhnya itu bukan di dunia. Nah orang bijak itu bagaimana menyikapinya. Apakah ingin meraih kebahagiaan atau penderitaan setelah mati nanti,?" katanya.

Sejak 2007 ia menghabiskan waktu di Masjid Madinah. Jiwa dan raga hanya ia persembahkan untuk sang pencipta. Kenyamanan dan ketentraman hati dia dapat di sini. Ia ingin pondasi akhirat dibuat di usianya yang tersisa itu. Setelahnya lalu ia tularkan dengan dakwah. Dalam sebulannya ia kini bisa berdakwah hingga tiga kali. 

"Dalam satu bulan bisa tiga kali dakwah. Sedangkan 27 hari saya di masjid. Pergi (dari rumah) sebelum dzuhur. Lalu pulang abis Isya. Kalau dakwah saya sudah keliling-keliling ke beberapa negara. Karena pelajaran dan kebaikan yang saya punya harus di dakwahkan," imbuhnya.

Ia mengaku akan menghabiskan waktunya dengan dakwah. Itu dilakukan untuk menjalankan pola nabi menularkan kebaikan itu dengan dakwah. Ia sadar dakwah tak melulu harus menjadi ahli Quran. Tapi bagaimana caranya nilai kebaikan dan perintah Allah SWT dijalankan dan ditularkan.

"Saya ingin dakwah sampai mati. Saya ingin mati di sini. Mati ketika berdakwah. Semoga doa saya di-ijabah sama Allah," tuturnya. 

  CLICK TOMBOL LIKE DIBAWAH


CLICK DISINI

0 comments:

Post a Comment

10 Artikel Terpopuler di BLOG Nandar