Saya Tidak Rakus, Saya Hanya Menjalankan Nasihat Mama yang sangat menghargai makanan, dan takut laknat Allah Karena Mubazzir.
ini adalah sebuah kisah nyata, dari seorang anak berusia Sebelas Tahun. Namanya Abu Dzar, Biasa di Panggil Abu, Siswa Kelas Enam Sekolah Dasar di Salah Satu Dusun Terpencil di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Abu Tinggal Bersama Kakek dan Nenek ( Orang Tua Papanya ) di kampung, Kakak, Adik & Mamanya Tinggal Bersama di Desa Lain yang masih dalam satu kabupaten, Sedangkan Papa Abu Mencari Nafkah di Gorontalo.
Abu Adalah Anak yang unik dan lucu dia kerap menjadi bahan tertawaan dalam keluarganya, tingkahnya menggemaskan dan sulit menahan tawa saat dia sedang bertingkah aneh. ekspresi wajahnya dan suara yang sering dibuat-buat juga tak elak mengundang tawa. Hyaahh... Meskipun dia sedikit berbeda warna kulit dan perawakan wajah Kakak dan Adiknya.
Abu Seolah tak pernah minder, Dia adalah Anak yang kuat dan selalu riang, Sakit atau luka kecil takkan membuat dia berhenti beraksi, bermain dan membantu kakek dan neneknya di sawah atau dikebun, bahkan tidak jarang membantu orang lain menanam padi, atau pekerjaan tani lainnya.
Suatu Ketika, Ada Sebuah Acara di Dusun tempat Abu dan Kakek, Neneknya Tinggal... Kesanalah Abu Membantu-bantu pekerjaan ringan, Tiba Saatnya makan Siang, Abu pun diajak makan bersama para pekerja lainnya.
Abu Melahap Makanan yang diberikan oleh sang pemilik Acara. Abu Makan Dengan Lahap menggunakan Tangannya ( Tanpa Sendok ) dengan dua kaki yang di Lipat. Begitulah Kebiasaan Abu Makan di Rumah Kakek Neneknya, Makan Dengan Menggunakan Tangannya dan Duduk Bersilah.
Salah seorang Ibu yang ada disana ternyata memperhatikan cara makan Abu, yang menjilati Nasi di Jari-jari kecilnya, juga memunguti butiran-butiran nasi yang tanpa sengaja terjatuh dari Piringnya.
Dengan Nada Sinis, Dalam Bahasa Bugis, Si Ibu Yang Memperhatikan Abu Sedari Tadi, berkata... "Kayaknya ini anak tidak pernah makan kenyang di rumah neneknya"
Abu Diam Saja, Meskipun Dalam Hati Mungkin Dia merasa sedih di ejek seperti itu. Hingga Saat Abu Pulang Kerumah, dia menceritakan kejadian itu pada neneknya. Neneknya yang tidak terima dengan kata-kata itu, melabrak orang yang sudah menghina cucunya.
Dalam Bahasa Bugis, Nenek Abu Berkata "Cucuku Makan di Sini itu masih dalam keadaan kenyang, dia tidak mungkin kelaparan, apalagi tidak cukup makan, yang dia lakukan itu adalah ajaran mamanya, yang tidak membiarkan sebutir nasi pun di sia-siakan.
Subhanallah.... Saat Mendengar cerita ini dari mamaku, tanpa terasa air mataku mengalir begitu saja, aku memang sensitif terhadap cerita seperti ini terlebih lagi karena Abu Dzar yang aku ceritakan adalah adik sepupuku. Kendatipun dia tidak tinggal bersama mamanya, tapi Abu yang berusia sebelas tahun kala itu sangat menjaga amanah mamanya yang sangat takut laknat Allah karena kemubazziran dan Ishbal diri.
Semoga Sepenggal cerita ini bisa menginspirasi kita semua untuk menghargai nasi, ataupun makanan lainnya, karena saya yakin, kita pengguna internet masih jauh lebih beruntung dibandingkan dengan orang-orang yang ada diluar sana, yang jangankan untuk membeli pakaian, makanan dan minuman pun sulit bagi mereka untuk diperoleh.
Coretan Dari Counter Kecilku
Botolempangan, Maros 12 Januari 2012
Iskandar Dorman
saya sendiri sering banget nyisain makanan di piring tiap kali makan,padahal banyak orang yg masih kesulitan mendapat makanan yg layak...smoga saya bisa seperti Abu
ReplyDelete@Hana : Aamiinn... Kebetulan Sekali, Nama Mamanya Abu Juga Nuraini.... ^_^
Deletebetul itu, ibu sudah cape" masak masa kita tidak menghargainya.
ReplyDeleteIya.... Kita Juga SeharusNya Mensyukuri Jika Masih Bisa Makan Nasi. (y)
Delete