Berdirinya Jamaah Tabligh berawal dari kekecewaan Maulana Ilyas pada
fenomena yang terjadi pada orang-orang Meo di Mewat . Maulana Ilyas
melihat orang Meo hanya menjadi muslim sebagai identitas belaka atau di
Indonesia disebut dengan istilah "Islam KTP". Mereka buta sama sekali
dengan ajaran Islam yang benar dan ritual-ritual Islam yang sesuai
dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Mereka tidak berpuasa,
tidak sholat, bahkan untuk sekedar mengucapkan dua kalimat syahadat saja
pun mereka tidak bisa.
Mereka memakai nama-nama yang biasa dipakai oleh
orang Hindu, seperti Ram, Krishna, yang kebanyakan diambil dari
nama-nama dewa Hindu. Mereka merayakan festival dan hari-hari besar
agama Hindu. Kelahiran, pernikahan dan kematian selalu diikuti dengan
ritual-ritual yang biasa dilakukan oleh umat Hindu. Bahkan dari mereka
ada yang menaruh patung-patung dewa Hindu di rumah-rumah mereka untuk
disembah. Maulana Ilyas melihat bahwa hal ini bukan disebabkan oleh
kecintaan mereka pada ajaran Hindu atau kebencian mereka terhadap ajaran
Islam, melainkan karena ketidaktahuan mereka tentang ajaran Islam yang
benar.
Keadaan ini apabila dibiarkan akan berbahaya bagi perkembangan agama Islam di Mewat. Keadaan ini akan membuka kemungkinan bagi orang-orang Meo untuk – perlahan tapi pasti – kembali memeluk agama asal mereka, yaitu Hindu. Banyak kasus yang ditemukan bahwa orang Meo kembali memeluk Hindu ketika kekuatan politik Islam melemah di daerah tersebut. Selain disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang ajaran Islam itu sendiri, mereka kembali memeluk agama Hindu karena adanya usaha dari kelompok Hindu yang melancarkan gerakan proselityze Hindu yang agresif, seperti gerakan Shuddhi dan Sangathan yang melancarkan usaha masive pada awal abad 20 untuk mengembalikan orang Hindu yang sudah masuk Islam ke agama asalnya, Hindu. Maulana Ilyas sadar bahwa hal ini terjadi karena karena kurangnya pendidikan tentang ajaran Islam di masyarakat. Beliau percaya bahwa hanya gerakan Islam grassroot lah yang bisa mengantisipasi keadaan yang sudah terlanjur parah ini.
Usaha awal yang dilakukan Maulana Ilyas untuk menyediakan pendidikan bagi masyarakat Mewat adalah mendirikan sekolah agama berbasis jaringan mesjid. Targetnya adalah untuk mendidik umat muslim di Mewat tentang akidah Islam dan praktek ritual yang benar menurut agama Islam. Setelah berjalan beberapa waktu beliau menyaksikan bahwa institusi pendidikan seperti itu hanya menghasilkan orang yang mengerti agama saja, bukan pendakwah.
Keadaan ini apabila dibiarkan akan berbahaya bagi perkembangan agama Islam di Mewat. Keadaan ini akan membuka kemungkinan bagi orang-orang Meo untuk – perlahan tapi pasti – kembali memeluk agama asal mereka, yaitu Hindu. Banyak kasus yang ditemukan bahwa orang Meo kembali memeluk Hindu ketika kekuatan politik Islam melemah di daerah tersebut. Selain disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang ajaran Islam itu sendiri, mereka kembali memeluk agama Hindu karena adanya usaha dari kelompok Hindu yang melancarkan gerakan proselityze Hindu yang agresif, seperti gerakan Shuddhi dan Sangathan yang melancarkan usaha masive pada awal abad 20 untuk mengembalikan orang Hindu yang sudah masuk Islam ke agama asalnya, Hindu. Maulana Ilyas sadar bahwa hal ini terjadi karena karena kurangnya pendidikan tentang ajaran Islam di masyarakat. Beliau percaya bahwa hanya gerakan Islam grassroot lah yang bisa mengantisipasi keadaan yang sudah terlanjur parah ini.
Usaha awal yang dilakukan Maulana Ilyas untuk menyediakan pendidikan bagi masyarakat Mewat adalah mendirikan sekolah agama berbasis jaringan mesjid. Targetnya adalah untuk mendidik umat muslim di Mewat tentang akidah Islam dan praktek ritual yang benar menurut agama Islam. Setelah berjalan beberapa waktu beliau menyaksikan bahwa institusi pendidikan seperti itu hanya menghasilkan orang yang mengerti agama saja, bukan pendakwah.
Maka
akhirnya beliau memutuskan untuk mencurahkan seluruh perhatiannya secara
total untuk membuat sebuah gerakan dakwah. Beliau berhenti mengajar di
Madrasah Mazahirul Ulum di Saharanpur dan pindah ke Nizamuddin untuk
memulai kegiatan misionarisnya. Pesannya singkat, "Ai Musalmano,
musalman bano!" "Wahai orang-orang Islam, jadilah muslim (yang
sebenarnya)!".
Usaha dakwah yang dimulai oleh Maulana Ilyas di Mewat ini menggunakan cara yang cukup sederhana, yaitu dengan mengorganisir sebuah kelompok kecil yang terdiri dari sedikitnya 10 orang, lalu mengirim mereka ke kampung-kampung.
Usaha dakwah yang dimulai oleh Maulana Ilyas di Mewat ini menggunakan cara yang cukup sederhana, yaitu dengan mengorganisir sebuah kelompok kecil yang terdiri dari sedikitnya 10 orang, lalu mengirim mereka ke kampung-kampung.
Kelompok (jamaah) ini
akan mengunjungi masyarakat secara langsung untuk bersilaturrahmi
sekaligus mengajak orang-orang di kampung tersebut untuk melakukan
sholat berjamaah di mesjid lalu mendengarkan bayan . Bayan yang
disampaikan pada intinya adalah sama, yaitu mengenai kepentingan Iman
dan amal shaleh.
Artikel Terkait Lainnya :
0 comments:
Post a Comment